Koran Mandala -Suasana Pusat Pemerintahan Sumedang (PPS) pada Jumat malam, 26 April 2025, berubah menjadi lautan manusia. Ribuan warga tumpah ruah mengikuti acara “Abdi Nagri Nganjang ka Warga,” puncak perayaan Hari Jadi ke-447 Kabupaten Sumedang. Sejak pagi hingga sore, warga telah disuguhi Festival Layanan Publik, yang kemudian berlanjut ke malam penuh kegembiraan dan kehangatan budaya.
Acara ini digagas Pemerintah Provinsi Jawa Barat berkolaborasi dengan Pemerintah Kabupaten Sumedang dan Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung. Tujuannya sederhana namun bermakna: mempererat kedekatan antara pemerintah dan masyarakat lewat ekspresi seni dan budaya lokal.
Kemeriahan diawali dengan Prosesi Pangbagea Mapag Pangagung. Deretan kesenian tradisional seperti Tarawangsa, Rengkong Buhun, Tutunggulan, Kuda Renggong, Tari Umbul, hingga Rampak Tarawangsa ditampilkan dengan penuh semangat, menghidupkan kembali kekayaan warisan budaya Sunda.
Gelar Karya Budaya Sumedang Tegaskan Jati Diri Sunda yang Luhur
Malam itu, panggung seni semakin bersinar lewat Oratorium “Amanah Hanjuang Ti Kutamaya”. Kolaborasi apik seniman Sumedang dan mahasiswa ISBI Bandung ini membawa pesan tentang nilai-nilai kearifan lokal dalam balutan musik, tari, dan teater yang menyentuh kalbu.
Puncak acara diramaikan pertunjukan wayang golek “Cepot Tandang” oleh dalang muda Yogaswara Sunandar Sunarya dari Giri Harja III Putra. Lawakan segar dari komedian Ohang, Ade Batak, dan Mang Radja membuat gelak tawa membahana di arena.
Namun kejutan terbesar malam itu adalah kehadiran Gubernur Jawa Barat, Kang Dedi Mulyadi (KDM), yang turut tampil di atas panggung. Dengan gayanya yang khas, KDM melontarkan guyonan Sunda yang renyah, sekaligus menyisipkan pesan tentang pentingnya kepemimpinan berakar budaya dan program-program strategis pemerintah.
Sejumlah tokoh penting hadir, termasuk Sekda Jabar Herman Suryatman, Bupati Sumedang Dony Ahmad Munir, Wakil Bupati M. Fajar Aldila, Sekda Sumedang Tuti Ruswati, Forkopimda, Rektor ISBI Retno Dwimarwati, hingga musisi kenamaan berdarah Sumedang, Gilang Ramadhan.
Kehadiran ribuan warga menjadi bukti bahwa kebudayaan masih bersemayam di hati masyarakat Sumedang.
Asep (45), warga Tanjungsari, mengaku bangga bisa mengajak keluarganya.
“Acara seperti ini luar biasa. Tradisi Sunda dikemas modern, anak-anak pun terhibur,” tuturnya.
Siti (32) dari Kecamatan Sumedang Selatan juga berbagi kekagumannya.
“Sae pisan. Wayang golek bareng KDM dan lawakan Ohang dan kawan-kawan sangat menghibur. Terasa banget kebersamaannya,” ucapnya.
Malam itu, Sumedang bukan hanya merayakan usia 447 tahun, tetapi juga merayakan kekuatan budaya sebagai pengikat kebersamaan.” katanya.