KORANMANDALA.COM – Guru di SMP Negeri 1 Lamongan, Jawa Timur yang mencukur rambut 14 siswa dengan alasan salah mengenakan jilbab, menjadi pemberitaan media luar negeri.
Salahsatu media yang memuat berita guru mencukur rambut siswa tersebut adalah Wionews Senin 28 Agustus — yang kemungkinan mengutip berita dari sebuah kantor berita luar negeri.
Dengan judul “Indonesian school shaves heads of 14 girls for ‘incorrectly’ wearing Islamic head scarves, faces backlash,” media itu cukup jelas menceritakan soal guru mencukur lambut siswa di Lamongan tersebut,
“Sebuah sekolah di Pulau Jawa, Indonesia telah menimbulkan kontroversi dengan mencukur sebagian kepala 14 siswi,” tulisnya.
Baca juga: TES KEPRIBADIAN : Tatap Gambar Hewan Cantik Ini, yang Kamu Pilih akan Ungkap Detail Sifat Menonjol
Peristiwa itu terjadi di SMP Negeri 1 Lamongan, Jawa Timur.
Disebutkan, seorang guru yang tidak disembunyikan identitasnya nekat mencukur sebagian rambut 14 siswi di sekolahnya, Rabu 23 Agustus.
Atas kejadian itu, kepala sekolah bernama Harto, mengatakan bahwa pihak sekolah telah meminta maaf dan memberhentikan guru yang bersangkutan.
Baca juga: TES KEPRIBADIAN : Ketahui Kekuatan Terbesar Kamu dari Gambar Pertama yang Kamu Lihat
Ditambahkan bahwa di sekolahnya tidak ada kewajiban untuk mengenakan jilbab.
Hanya ia mengatakan bahwa bila ada yang mengenakan jilbab, harus dilakukan sesuai aturan, misalnya tidak sampai rambut bagian depannya terlihat.
“Sayangnya, para siswa ini tidak mematuhi saran ini, sehingga poni mereka terlihat,” kata Harto.
Baca juga: TES KEPRIBADIAN : Ketahui Kebajikan Kamu dari Hal Pertama yang Menarik dalam Pandangan Pertama
Barangkali karena alasan itulah, guru yang kini sudah diberhentikan, mencukur sebagian rambut siswa tersebut.
“Menyusul kejadian tersebut, pihak sekolah memulai mediasi dengan orang tua siswa yang terkena dampak dan mencapai kesepakatan bersama,” tulis media tersebut.
Pihak sekolah juga disebutkan siap memberikan bantuan psikologis kepada anak-anak perempuan tersebut untuk membantu mereka mengatasi trauma. (*)